Pada hari ini, Rabu 10 Mei 2023 telah diselenggarakan kegiatan Kuliah Umum dalam Praktisi Mengajar Fakultas Bahasa Asing, Unmas Denpasar. Kegiatan ini diselenggarakan selama tiga jam dengan mengusung tema Sustainable Tourism in Bali. Kegiatan ini dilaksanakan di Ruang Aula Ganesha Univ. Mahasarswati Denpasar.
Kegiatan ini dibuka oleh Dekan Fakultas Bahasa Asing (FBA) Unmas Denpasar
Dihadiri oleh Wakil Dekan, Ketua Humas FBA, dosen pengampu mata kuliah Tourism Management dan seluruh mahasiswa semester VI Prodi Sastra Inggris dan Sastra Jepang.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa terhadap pentingnya pariwisata berkelanjutan dengan narasumber,
- Mr. Mark Swinton (General Manager Capella Hotels Ubud)
Dengan moderator :
- Ni Nyoman Deni Ariyaningsih, S.S., M.Par.
Pada kesempatan ini, Mr. Mark berbagi dengan mahasiswa tentang konsep tree hugger yaitu pelindung pohon. Konsep Tree Hugger ini diusung oleh Capella Ubud. Oleh karena itu, hotel Capella Ubud dibangun tanpa satupun merusak ataupun menebang pohon. Mr. Mark menegaskan bahwa pariwisata berkelanjutan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini, tanpa mengorbankan kebutuhan generasi mendatang. Keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan lingkungan, dan kesejahteraan sosial harus dipertimbangkan.
Hotel Capella Ubud dirancang oleh Bill Bensley. Beliau adalah seorang arsitek visioner yang mengedepankan adanya intervensi minimal terhadap alam. Disebutkan bahwa dalam pembangunan hotel ini, hutan dibiarkan tidak tersentuh, tidak ada pohon yang ditebang, dan tidak ada kontur lanskap yang diubah. Sehingga, Capella Ubud memiliki kesan damai, tenang, agak tersembunyi dari hiruk-pikuk keramaian. Selain itu, upcycling juga diterapkan pada Capella Ubud. Hal ini tercermin pada desain interior yang memanfaatkan furniture antik yang dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga menghasilkan desain interior unik yang menggambarkan kehidupan masyarakat Bali di masa lampau.
Konsep ini sejalan dengan konsep Tri Hita Karana yang menajdi filosofi tradisional untuk kehidupan di pulau Bali, Indonesia. Tri Hita Karana dapat dipahami sebagai "tiga penyebab kesejahteraan" atau "tiga alasan kemakmuran”. Konsep Tri Hita Karana ini dapat dijadikan pedoman pada pariwisata berkelanjutan. Mr. Mark Swinton menegaskan bahwa pariwisata berkelanjutan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini, tanpa mengorbankan kebutuhan generasi mendatang. Keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan lingkungan, dan kesejahteraan sosial harus dipertimbangkan.